RUPIAH, ANTARA AJAKAN DAN KEBIJAKAN


SYAMSARI
Aktivis BangKit Institut

"Pelemahan Rupiah sudah diluar kebiasaan. Kemarin saya ajak dunia usaha bersama pemerintah lakukan terobosan,"kata Jokowi melalui akun twitternya @Jokowi yang diunggahnya Selasa (25/8/2015) beberapa saat lalu.

“Ayo bahu membahu atasi pelemahan rupiah dengan cara beli produk lokal,” lanjut Jokowi dalam akun twitternya.

Ajakan Presiden RI untuk membeli produk lokal perlu diapresiasi  sebab ajakan ini selain akan menahan laju pelemahan rupiah juga akan menjaga kelangsungan hidup produsen dan  pengusaha dalam negeri.

Namun ajakan semacam ini kiranya tidak hanya di level presiden saja tapi dapat diimplementasikan sampai ke lapangan, Ke tingkat kementrian hingga pemerintah daerah. Perlu ada koordinasi dan kontrol yang ketat untuk mewujudkan ajakan semacam ini.  Jika lemah apalagi jika memang TIDAK diikuti dengan koordinasi dan kontrol yang ketat maka ajakan ini hanya menjadi isu media namun tidak dinikmati di kehidupan nyata. Sudah banyak ide cemerlang dan ajakan yang baik seperti ini namun layu sebelum berkembang.

Ajakan semacam ini akan semakin tak bermakna jika ditengah ajakan seperti ini muncul kebijakan dan keputusan baru yang justru melemahkan ajakan tersebut. Apalagi istilah ajakan dan istilah  kebijakan/keputusan memiliki posisi yang berbeda dalam hukum. Kebijakan dan keputusan adalah landasan hukum yang jelas, sesuatu yang mengikat. Akan halnya ajakan, hanyalah sebuah himbauan moral, bukan sesuatu yang bersifat hukum. Maka tidak berimbanglah situasi ini.

Sebagai contoh, Ditengah ajakan beli produk lokal/domestik karena rupiah makin lesu,  pemerintah memberi izin impor 50 ribu sapi kepada bulog dan nanti pada kuartal keempat tahun ini diprediksi dan sedang diusahakan izin impor sapi bisa mencapai 264ribu, suatu angka yang menurut Ashley James, dari lembaga Frontier International, angka impor yang cukup mengejutkan. Ia mengatakan bahwa jumlah tersebut berada di luar perkiraan para eksportir sapi Australia. Permintaan yang besar dan kurangnya suplai telah membuat harga ternak itu naik sebesar 2,30 dolar per kilogram.

Jika harga beli dalam bentuk dollar itu semakin tinggi maka dipastikan akan semakin melemahkan rupiah.

Impor mungkin tidak bisa dihindari namun pemerintah yang memiliki semangat kerja yang tinggi, dalam benak  saya pasti akan menciptakan terobosan-terobosan baru yang akan lebih menguntungkan petani, produsen, industri dalam negeri. Akan lahir  sebuah kebijakan dari ajakan presiden.
Jika hanya melanjutkan kebijakan impor apalagi nantinya menambah kuota dengan alasan apapun yang melatarbelakanginya termasuk alasan menekan inflasi maka apa yang beda dari sebuah tag line kerja..kerja dan kerja.

Sudah banyak presiden telah berlalu tentu sudah banyak jejak-jejak kebaikan yang beliau-beliau telah lahirkan termasuk bagaimana membangun sinergi antara isu, ajakan dan kebijakan. Sebagai bangsa, mari kita lanjutkan hal-hal baik itu dan kita sempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada.[]