Liputan6.com, Budapest - Setelah berhari-hari tertahan di Stasiun Keleti, Budapest, Hungaria,
pencari suaka berjumlah sekitar 1.000 orang memilih untuk berjalan kaki
menuju perbatasan Austria menuju Jerman. Pria, wanita, anak-anak dan
orang tua membawa barangnya masing-masing menyusuri jalan tol yang
panjang. Perjalanan dimulai Sabtu 4 September pagi hari. Matahari terik
menemani mereka.
Tidak ada satu pun polisi yang menahan mereka. Aparat keamanan Hungaria hanya membantu mengarahkan ke mana mereka harus berjalan dan mengatur lalu lintas.
"Kami pilih jalan saja. Tak punya pilihan," kata seorang pengungsi pria kepada BBC, Sabtu malam 4 September 2015. Ia telah berjalan hampir 30 km. Berkali-kali harus berhenti beristirahat karena istri dan anaknya.
"Jalan ke Austria, lalu Jerman. Kami tidak akan berhenti. Tujuan kami Jerman, ke ibu kami, Merkel," katanya lagi.
"Situasi parah sekali di stasiun," kata seorang pria bernama Adnan kepada CNN.
"Aku punya bayi, banyak perempuan hamil. Tidak ada air, tidak ada makanan. Tidak ada apa-apa. Lebih baik jalan kaki 200 kilo meter ke Austria. Lalu kami lanjut ke Jerman," cerita Adnan. Itulah alasan mengapa ia harus meninggalkan Budapest meskipun harus berjalan kaki.
"Kami bayar tiket. Kalau mereka tidak mau kami lewat sini, mengapa mereka membolehkan kami bayar tiket. Aku tak mengerti," lanjut Adnan lagi.
Beberapa penduduk Hungria membagi-bagikan air dan makanan bagi para imigran yang memilih berjalan kaki. Beberapa bahkan memberi tumpangan kepada mereka.
Hungria pun Luluh
Setelah semalaman para pencari suaka berjalan kaki. Akhirnya pemerintah Hungria pun luluh. Beberapa bus dikerahkan untuk mengangkut para pencari suaka yang mayoritas dari Suriah itu. Pihak keamanan memberikan prioritas bagi migran bersama keluarga dan para lanjut usia.
Juru bicara Zoltan Kovacs, mengatakan bahwa pemerintahnya menyediakan 100 bus untuk membawa mereka ke perbatasan Austria. Ia juga mengatakan pemerintah Hungaria telah berbuat sebisa mungkin dan tidak ada satu pun yang semestinya para imigran takuti.
"Tidak betul kami memperlakukan mereka semena-mena. Andai mereka mau bekerja sama dengan polisi, mereka akan diproses dan diberi tempat tinggal sementara, makanan bahkan pakaian," kata Kovacs kepada CNN, Minggu (5/9/2015).
Kovacs mengatakan bahwa Hungria hanya mencoba menerapkan peraturan migran di Uni Eropa. Apalagi banyak di antara mereka tidak memiliki dokumen. Maka dari itu, mereka seharusnya didaftarkan dahulu sebelum ke negara tujuan.
"Lagipula, bukan pilihan para migran ilegal --yang tak berdokumen lengkap-- memutuskan ke mana mereka mau pergi. Kami punya prosedur dan protokol Uni Eropa yang harus mereka penuhi," jelas Kovacs.
Penyediaan bus oleh Hungaria pun dilakukan setelah Austria setuju untuk membuka perbatasan mereka.
"Karena ini situasi yang sangat darurat di perbatasan Hungaria, maka Austria dan Jerman setuju untuk membolehkan para pencari suaka melanjutkan perjalanan mereka," tulis Kanselir Austria Werner Faymann dalam Facebook-nya,seperti dikutip dari Reuters.
Para pencari suaka melambaikan tangan kepada para polisi Hungaria dan relawan ketika bus bergerak menuju Austria. (Rie/Ado)
Tidak ada satu pun polisi yang menahan mereka. Aparat keamanan Hungaria hanya membantu mengarahkan ke mana mereka harus berjalan dan mengatur lalu lintas.
"Kami pilih jalan saja. Tak punya pilihan," kata seorang pengungsi pria kepada BBC, Sabtu malam 4 September 2015. Ia telah berjalan hampir 30 km. Berkali-kali harus berhenti beristirahat karena istri dan anaknya.
"Jalan ke Austria, lalu Jerman. Kami tidak akan berhenti. Tujuan kami Jerman, ke ibu kami, Merkel," katanya lagi.
"Situasi parah sekali di stasiun," kata seorang pria bernama Adnan kepada CNN.
"Aku punya bayi, banyak perempuan hamil. Tidak ada air, tidak ada makanan. Tidak ada apa-apa. Lebih baik jalan kaki 200 kilo meter ke Austria. Lalu kami lanjut ke Jerman," cerita Adnan. Itulah alasan mengapa ia harus meninggalkan Budapest meskipun harus berjalan kaki.
"Kami bayar tiket. Kalau mereka tidak mau kami lewat sini, mengapa mereka membolehkan kami bayar tiket. Aku tak mengerti," lanjut Adnan lagi.
Beberapa penduduk Hungria membagi-bagikan air dan makanan bagi para imigran yang memilih berjalan kaki. Beberapa bahkan memberi tumpangan kepada mereka.
Hungria pun Luluh
Setelah semalaman para pencari suaka berjalan kaki. Akhirnya pemerintah Hungria pun luluh. Beberapa bus dikerahkan untuk mengangkut para pencari suaka yang mayoritas dari Suriah itu. Pihak keamanan memberikan prioritas bagi migran bersama keluarga dan para lanjut usia.
Juru bicara Zoltan Kovacs, mengatakan bahwa pemerintahnya menyediakan 100 bus untuk membawa mereka ke perbatasan Austria. Ia juga mengatakan pemerintah Hungaria telah berbuat sebisa mungkin dan tidak ada satu pun yang semestinya para imigran takuti.
"Tidak betul kami memperlakukan mereka semena-mena. Andai mereka mau bekerja sama dengan polisi, mereka akan diproses dan diberi tempat tinggal sementara, makanan bahkan pakaian," kata Kovacs kepada CNN, Minggu (5/9/2015).
Kovacs mengatakan bahwa Hungria hanya mencoba menerapkan peraturan migran di Uni Eropa. Apalagi banyak di antara mereka tidak memiliki dokumen. Maka dari itu, mereka seharusnya didaftarkan dahulu sebelum ke negara tujuan.
"Lagipula, bukan pilihan para migran ilegal --yang tak berdokumen lengkap-- memutuskan ke mana mereka mau pergi. Kami punya prosedur dan protokol Uni Eropa yang harus mereka penuhi," jelas Kovacs.
Penyediaan bus oleh Hungaria pun dilakukan setelah Austria setuju untuk membuka perbatasan mereka.
"Karena ini situasi yang sangat darurat di perbatasan Hungaria, maka Austria dan Jerman setuju untuk membolehkan para pencari suaka melanjutkan perjalanan mereka," tulis Kanselir Austria Werner Faymann dalam Facebook-nya,seperti dikutip dari Reuters.
Para pencari suaka melambaikan tangan kepada para polisi Hungaria dan relawan ketika bus bergerak menuju Austria. (Rie/Ado)