Jumat, 18 September 2015
Ada apa dengan RUSIA di SURIAH?
Posisi terjepit Basyar al-Assad semakin menjadi-jadi sejak awal tahun ini. Ibarat efek domino, kekalahan demi kekalahan terus menyusul dimulai dari kota Idlib hingga Jisr Syughur, Ariha sampai yang terakhir adalah bandara Abu Zhuhur, serta berbagai kerugian dalam pertempuran lainnya. Moral tempur bala pasukan Syi'ah Nushairiyah dan Rafidhah di wilayah utara terus-menerus jeblok, melawan sipil bersenjata bernama Mujahidin.
Akibatnya tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi Assad, kampung halaman atau kandang besar Syi'ah Nushairiyah, yaitu provinsi Lattakia terancam. Selain itu kantong-kantong Syi'ah di Idlib yang masih tersisa pun terkepung.
Provinsi Lattakia bisa dibilang adalah jantung bagi rezim Assad, karena itulah kota-kota agama Nushairy di Lattakia selama 4 tahun lebih revolusi, sangat aman dari perang. Selain itu, provinsi ini adalah satu dari 2 provinsi yang berhadapan dengan laut disamping Tartus. Hanya secuil wilayah Lattakia yang dikuasai oleh revolusi Ahlusunnah.
Lalu, perginya ratusan ribu pengungsi yang yang tiba-tiba berjama'ah menyasar Eropa dalam beberapa bulan belakangan menambah pertanyaan kita, ada apa ini?
Mungkin karena janji pemberian slot suaka bagi pengungsi oleh negara-negara Uni Eropa, dimana sudah seharusnya ada sejak dulu karena mereka memang menandatangani konvensi tentang pengungsi.
Namun mengapa gelombang pengungsi itu tiba-tiba besar, padahal selama 4 tahun ke belakang lebih banyak ke negeri tetangga seperti Turki, Lebanon dan Yordania?
Ada pula fenomena menarik, beberapa foto (yang tidak dapat kami gunakan untuk generalisir), menyebutkan bahwa diantara pengungsi itu banyak orang-orang Syi'ah atau Syabihah yang pro rezim Assad.
Kita simpulkan bahwa dari ini semua memang ada apa-apanya. Bahwa dari sudut pandang rezim Nushairy, adalah nyaris mustahil untuk bisa memenangkan perang ini, sehingga nantinya dapat menormalisasi Suriah sesuai roadmap mereka, sangat mustahil karena kekuatan asli rezim sudah melemah.
Indikasi ini makin menguat ketika 'preman internasional', Vladimir Putin, meski dengan gaya superior tapi malah menyodorkan solusi jika Assad mau mengajak oposisi 'sehat' untuk berbagi kekuasaan guna menghadapi kelompok "radikal". Selain itu, Putin juga seperti memelas kepada barat agar melakukan 'koalisi' kepentingan bersama dengan alasan untuk menangkal "terorisme" dan "radikalisme". Tentu saja yang dimaksud Rusia "terorisme" dan "radikalisme" ini adalah para Mujahidin, sesuai definisi Assad.
Uniknya lagi-lagi gerombolan Khawarij I**S menjadi alasan (mungkin ini alasan mereka dimainkan?), Rusia pun menggunakan propaganda akan ancaman I**S untuk membenarkan manuvernya di Suriah di hadapan internasional. Yap... Rusia kini sudah ikut terjun secara resmi untuk memperkuat posisi rezim di Lattakia. Wilayah yang insya Allah malah bebas dari takfiri Khawarij, karena sejak awal 2014 sudah diusir oleh masyarakat Ahlusunnah.
Kedustaan kelas teri untuk negara sekelas Rusia, menaruh kekuatan dan berbagai alutsista di lokasi dimana I**S malah tidak ada di sana. Yah wajar, sebab tujuan aslinya adalah mengamankan jantung rezim dari kemajuan revolusi, yaitu provinsi Lattakia.
Hmmm.. Kira-kira apa alasan Rusia mati-matian membela penjahat perang seperti Assad? Baik dari segi militer maupun politik seperti selama ini.
Ada 2 kemungkinan:
1. Utang Assad kepada Rusia sangat besar, artinya Rusia sudah terlanjur basah. Maka jatuhnya rezim Assad, otomatis tekor kuadrat bagi Rusia. Sehingga sebisa mungkin pertahankan rezim ini, atau kalaupun diganti maka harus tetap pro Rusia di masa depan.
2. Suriah adalah sekutu Rusia, secara geopolitik perairan Suriah menjadi pangkalan untuk kapal-kapal Rusia, utamanya dalam perimbangan di kawasan laut Mediterania dengan NATO. Jika rezim Suriah berganti, baik misal ke tangan kelompok Islamis maupun sekuler (pro barat), ini tetap sama-sama merugikan bagi Rusia. Telebih sebelumnya sekutu tradisional mereka, Ukraina, kini sudah merapat ke barat.
Jadi mungkinkah Rusia akan melakukan intervervensi besar-besaran untuk mengamankan seluruh Suriah kembali ke pangkuan rezim?
Ini tidak sulit dilakukan oleh Rusia, justru yang sulit adalah mengukur apakah hasilnya akan sesuai keinginan mereka. Besarnya penolakan di dalam negeri Suriah sendiri dan juga negara tetangga pada Assad, menjadikan opsi invasi terbuka dan masif oleh Rusia sama saja bunuh diri di tengah perekonomian mereka yang ketar-ketir akibat sanksi barat dan juga perang harga minyak oleh Saudi.
Kami melihat, opsi rasional bagi Rusia adalah bantu mempertahankan benteng terakhir bagi Assad dan Syi'ah Nushairiyah di pinggir laut, yaitu Tarsus dan Lattakia. Dan membuat moral pasukan rezim beserta milisi Syi'ah Iran, Hizbulatta, Hazara dan Irak kembali terangkat, dan seluas-luasnya meraih lagi kemenangan.
Pun kalau-kalau nanti rezim benar-benar tumbang di satu sisi, secara de facto Nushairiyah masih memiliki kandang, sehingga mungkin saja dapat menjadi negara sendiri yang tetap pro Rusia. Tetapi itu masih jauh, dan segala kemungkinan bisa berubah seiring perkembangan. (Risalah)
___
Jangan lupa, mari bantu rakyat Suriah melalui Misi Medis Suriah, salurkan donasi anda melalui rekening berikut:
- MANDIRI 900 0019 330 720 (Kcp. Katamso, Yogyakarta)
- BCA 1691 967 749 (Kcu. Ahmad Dahlan, Yogyakarta)
- BRI 0029 0110 999 7500 (Kcu. Cik Ditiro,Yogyakarta)
- BNI 0317 563 523 (Kcp. Parang Tritis,Yogyakarta)
Semua atas nama IKRIMAH