Minggu, 06 September 2015
1. Bismillah.. road to Munas @PKSejahtera , semoga Allah memberkahi partai kita, membimbing dan menempatkannya pada tempat yang terpuji.
2. Maafkan, sejatinya saya berniat berbagi setiap hari, tema dan topik kultwit pun saya sudah siapkan, namun aktivitas wajib mmbuat ini trtunda.
3. Beberapa hari terakhir, bertemu dan menyapa banyak elemen. Semoga terbangun kekuatan kebaikan di masa mendatang #kode
4. Judul kultwit malam ini adalah "Menakar Product Experience PKS | Road to Munas (1)" --- salim @maspiyungan
5. Tak bosan-bosan saya ingin mendoktrin antum, bahwa modeling pemilu itu hampir sama dengan modeling bisnis.
6. Di bisnis, buyer adalah pasar. di pemilu, buyer adalah pemilih. Di bisnis, produk nya barang dan jasa. Di pemilu nilai dan sosok. Mirip2.
7. Maka ada yang namanya proses marketing, branding, sales, customer relation, bahkan hingga after sales service pun ada.
8. Pada bisnis, buyer membeli produk dalam 2 tahap. Tahap mencoba, dan kemudian tahap berlangganan. Jika sudah repeat namanya customer.
9. Pada tahal pertama, buyer membeli karena tertarik, jadi mereka tidak punya ingatan akan produk. Kayak malam pertama lah. Hehehe..
10. Jika pada tahapan pertama ini mereka puas, mereka akan beli lagi, lagi dan lagi. Dan bahkan mereferrnsikannya kepada yg lain.
11. Inilah objektif bisnis ritel sebenarnya : anda beli dan beli lagi, lalu ajak2 yang lain. Disinilah sebuah produk menggurita.
12. Tetapi jika pada tahapan ini mereka kecewa, mereka tidak akan membeli lagi, apalagi menawarkan ke yang lain. Disinilah sebuah mati!
13. Pada politik, buyer belanja 5 tahun sekali, mata uangnya hak suara, produk yang dipilih nya partai, caleg, capres bahkan cakada.
14. Berbeda dengan produk consumer yang terasa begitu dibeli dan dipakai, produk politik punya waktu lama untuk terasa.
15. Maksud saya, waktu kita "beli" produk caleg/capres/cakada dengan mencoblos, gak serta merta kita bisa merasakan benefitnya.
16. Biasanya 1 tahun, publik sudah bisa ngukur, namun, andaipun kecewa pada tahun pertama, publik gak bisa menghukum si produk politik.
17. Hukuman yang paling jelas adalah dengan gak "beli" di etape pemilihan berikutnya. Maka product experience sebuah produk politik jadi penting.
18. Sekarang kita ke PKS. Masyarakat sudah memilih kita, hadirlah 40an Aleg di DPR RI. Pertanyaannya, apa benefit yang pemiluh rasakan?
19. Susahkah pemilih kita merasakan kebermanfaatan produk politik yang mereka beli di pemilu 2014 lalu?
20. Ini ttg 7 juta lebih warga negara yang memutuskan membeli PKS di 2014 lalu. Dalam besaran bisnis, this is huge. Not main2. Opoooooo...
21. "Erdin, percuma lah, ngapain bagus2in perform kalo toh masyarakat lupa, buktinya, yg brengsek kepilih lagi kok!" | ntar sy bahas, gak skrg.
22. Saya tau, ada yang ngerasa gak ngefek dengan performa baik 5 tahun, buktinya partai yang korupnya repetitif, dipilih terus. Publik lupa.
23. Itu nanti aja ya hadirkan kultwit khusus. Tapi skrg, saya ingin menggugat Product Experience PKS. Mumpung mau munas. Mudah2an terbahas.
24. Gini akhi ukhti fillah, publik itu memilih kita karena menyerahkan keterwakilannya. Mereka memilih wakil rakyat, dan mereka memilih kita.
25. Maka pada substansi dasarnya, antum harus memahami bahwa ini orang milih karena mereka ingin terwakili. Fahami dulu itu.
26. Ketika pasar memilih antum untuk mewakili mereka, namun pada keberjalanannya mereka merasa tidak terwakili. Disitu hancurnya product exp.
27. Ana ingin memahamkan antum semua. Demokrasi sistem vote ini budaya ratusan tahun. Lahir di budaya yunani. Budaya keterwakilan.
28. Artinya, sistem ini memang tua sekali. Waktu itu tidak ada arus informasi secepat sekarang. Koran saja curiga tidak ada.
29. Dahulu, ketika orang datang ke TPS, orang merasa terlibat. Begitu sang wakil duduk di dewan, dia memutuskan banyak hal sendirian.
30. Begitu dia duduk di dewan, dia putuskan sendiri, bersama teman2 nya di dewan, keterlibatan publik hampir nihil. Dan publik sibuk kerja.
31. Saat ini, informasi terus menerus mengalir. Publik tau apa yang sedang dewan bahas, minimal isu2 penting di dewan.
32. Maka inilah hal yang ingin Erdin sampaikan ke PKS sebagai satu-satunya partai yang masih bisa diharapkan: perhatikan layanan purna jual!
33. Sekarang, 1 aleg di support 4-5 Tenaga Ahli. Ada Tenaga Ahli khusus dapil. Berita baik. Tapi sudah berfungsi belum?
34. Ana sekarang ingin memberikan tantangan pertanyaan kepada para Aleg yang sudah terpilih, sudahkah membangun komunikasi intens dengan pemilih?
35. "Din, kita ini sudah kerja bagus, tapi media gak meliput" | alasan saja menurut ana, antum bisa aktif di sosmed, tulis blog,...
36. Ana mau ingatkan Aleg terutama, apalagi kada, bahwa antum adalah product partai yang sedang diukur benefitnya. Perhatikan baik2.
37. 40an anggota DPR RI, ratusan anggota DPRD dari propinsi sampai kota. Ini semua product yang harus terasa.
38. Ana memohon, sebagai kader akar rumput, antum para product partai harus menunjukan performa dan benefit di dewan, jadi pembeli puas.
39. Coba sekali2 PKS riset, minimal ke kadernya saja dulu, di dapil2. Riset ttg customer satisfication, puas gak kader sama alegnya sendiri?
40. Konkret saja, ada beberapa hal yang perlu para Aleg lakukan, guna meningkatkan product experience.
41. Pertama, membangun parit komunikasi dua arah yang lancar dan asik, kepada konstituen.
42. Bangun parit komunikasi yang efektif sesuai peta psikografi konstituen. Kalo pemilih antum kebanyakan netizen, harus punya sosmed.
43. Kalo pemilih antum tradisional, minimal harus punya sms centre, nomor aduan, dan konkret. Layani pemilih.
44. Ana tau antum bukan pelaksana negara, antum legislasi, tetapi antum bisa komunikasi ke eksekutif. Rasanya eksekutif ‘jiper’ juga sama antum.
45. Ini masalah keterwakilan, anda itu mewakili pemilih, minimal kader, yang milihnya pake hati, punya grup WA kader dapil gak? Hayo..
46. Kalo jadi aleg gk ada suaranya, gak ada komunikasi, dimana fungsi keterwakilan antum?
47. Ada RUU lagi dibahas, bangunlah ngobrol2 sama konstituen, belajarlah membangun benefit pada pemilih. Please.
48. "Din, repot bener, partai lain gak gitu, menang2 aja. Ntar aja, 2019" | pemilih makin cerdas, ditinggalin lho ntar.. ciyus..
49. Yang kedua adalah membangun platform publikasi prestasi. Apaan tuh publikasi prestasi? Ya prestasi antum.
50. Ana yakin seyakinnya, aleg PKS ini paling serius kerjanya. Milih Tenaga Ahli gak sembarangan, bukan terus mempekerjakan sodara. Profesional.
51. Ana yakin, dan lihat sendiri, Aleg2 paling serius jagain RUU. Mikir kepentingan nasionalnya dalem. TOP.
52. Ana juga tau, kalo sebagian dari antum bahkan absennya full. Dedikasi tinggi, kerja resesnya juga serius. Ana tau.
53. TETAPI.. publik tau gak? Ini problem besarnya. Kebaikan antum tidak terkomunikasikan dengan baik.
54. Bahkan budaya, deket2 pemilu baru semua prestasi di jejer. Publik gak bisa nelan begitu, semuanya juga jualan pas 2019.
55. Momennya harus dicicil. Mumpung aleg lain masih sibuk nyari kick back proyek APBN, antum harus kerja aktif ke pemilih. Curi start.
56. Etalase publikasi prestasi ini bisa macem. Cobalah dicicil punya sosmed, satu aja, tapi serius. Instagram kek, fb kek, cari yg pas.
57. Coba disiplin, berbagilah apa yang bisa dibagi, kan ada yg rahasia tuh, tapi capaian2 antum itu lho, komunikasiin donk.
58. "Alhamdulillah, beres rapat komisi, RUU kewirausahaan bentar lagi jadi cyinnn" -- misal.
59. Cobalah punya blog. Kalo gak bisa bikin, kan ada tenaga ahli. Kalo gak bisa nulis, kan ada tenaga ahli. Kasih substansinya aja. Mereka tulis.
60. Jadi publik itu bisa ngikutin terus. Antum itu 5 tahun itu ngapain aja. Minimal hati kader jadi besar lah, antum ngefek disana.
61. Kader mah gak butuh dibalas materi. Rasanya mah kami tulus, kami hanya pengen, antum itu ngefek di dewan. Berdampak riil!
62. Mudah2an munas ke-4 ini ada arahan ke Aleg untuk bikin 1 tulisan tiap hari. Kalo sampe kejadian. Salah Erdin berarti. Yesssss...
63. Bangunlah komunikasi dengan wartawan. Bangunlah konten prestasi ke konstituen. Apalagi kalo ada kepentingan publik yg bisa diperjuangkan.
64. Dua langkah ini dulu saja yang dibahas ya. Maaf kalo tweet2 ane nusuk, ana sayang antum para aleg. Bismillah.
65. Di Munas Nanti, ana menitip ide ini ke Ust @JazuliJuwaini selaku pimpinan fraksi PKS. Semoga ada tindak lanjut.
66. PKS ini partai hebat, suara 7% tapi bisa jadi ketua komisi 1. Inovatif, dahsyat, jangan sampe sama2 aja kayak partai lain. Sedih ana.
67. Operasional PKS untuk memenangkan antum termasuk paling murah. Tau gak kenapa? Karena banyak kader yang berkorban.
68. Banyak kader yang rela tulus begitu saja, memperjuangkan antum sampai disitu. Jika gak ada benefitnya. Yang pertama sedih adalah kader.
69. Kader sedih insyaAllah aman sih. Rasanya masih bakal milih di 2019. Makanya kita 7% terus. Krena kader dan keluarganya sdh yakin PKS terbaik.
70. 2004 - 2009 - 2014 ... suara kita kurang lebih, tolong antum evaluasi, kali2 mmg product experience kita gak beras, jadi gak tumbuh suara.
71. Bahkan beberapa dapil turun. Alhamdulillah beberapa dapil pecah telor. Ini kan artinya market berpindah ke lain hati.
72. Dapil yang di 2014 pecah telor juga hati2, berarti mereka baru pertama kali punya wakil dari PKS.
73. Jaga sikap, jaga prestasi, jaga kinerja, jaga benefit, apalagi tema munas ke 4 adalah pelayanan. Berat tuh temanya. Bismillah deh.
74. Ana berharap, munas ke 4 ini bisa bawa perubahan besar pada cara "kerja" Aleg seluruh Indonesia. Bahkan jajaran pengurusnya.
75. Ikhwah fillah, kita ini etalase partai. PKS ya kita ini, bukan kantornya, gedungnya, lambangnya. PKS ya manusia yg ada didalamnya. Kita.
76. Maka jagalah product experience PKS. Apalagi orang tau afiliasi Anda. Berusahalah harum dimana saja. Apapun profesi Anda.
77. Matursuwun, thx for reading, semoga product experience PKS makin baik, dan buyer becoming customer, and customer becoming advocate. Wasslm.
*dari twitter @erdin034 (Sabtu malam, 05/09/2015)