Fotografer Itu Meratap Sebelum Memotret Aylan


Istanbul - Fotografer Nilfer Demir telah melihat banyak kejadian mengenaskan sepanjang kariernya bersama Turkey's Dogan News Agency (DHA), tapi ia nyaris tak bisa menekan tombol kamera untuk mengabadikan tubuh seorang balita terkapar di pantai.

"Saya gagal membendung air mata," ujar Demir kepada wartawan. "Saya menghadapi pilihan sulit; menempatkan emosi atau melaksanakan tugas jurnalistik."

Demir tiba di Pantai Akyarlar Bodrum, di Propinsi Mugla, Turki, 2 September sekitar pukul 06.00 pagi, setelah mendengar kabar dua perahu karet migran asal Suriah tenggelam.

"Saya memotret sekelompok migran Suriah berupaya menyeberangi Yunani," cerita Demir. "Tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh mungil tak bernyawa, tanpa pelampung."

Ia diam sejenak. "Seratus meter dari tubuh balita itu, ada jenazah balita lainnya. Ternyata keduanya bersaudara; Aylan Kurdi dan Galip Kurdi."

Menurut Demir, saat itulah dirinya berada di antara dua pilihan sulit; mengabadikan realitas mengenaskan itu atau membiarkannya lalu membawa kedua bocah itu secepatnya.

"Saya memilih yang pertama, meski jemari saya bergetar ketika menekan tombol kamera," kenangnya. "Saya bidik tubuh Aylan yang bercelana pendek biru tua, t-shirt merah, dengan setengah wajah terbenam di pasir."

Demir hanya mengambil dua gambar. Ia tak kuat lagi menahan sedih dan rasa sakit menyaksikan realitas itu. Ia menemukan dirinya seolah bukan fotografer profesional yang 15 tahun mengabadikan penyeberangan imigran ilegal.

"Saat meninggalkan pantai, saya berharap foto saya menyayat jutaan manusia di Eropa dan ratusan juta lainnya di seluruh dunia," ujar Demir.

DHA mempublikasikan foto itu. Ratusan koran di Turki memasangnya di halaman depan. Foto yang sama juga terpampang di ribuan media sekujur Eropa, menjadi virus di media sosial, menimbulkan gelombang simpati publik dan kemarahan terhadap pemerintah Uni Eropa.


Aylan Kurdi berusia tiga tahun. Kakaknya, Galip Kurdi, dua tahun di atasnya. Keduanya meninggal bersama Rehan, sang ibu, dan sepuluh pengungsi lainnya.

Perahu karet yang mereka tumpangi terbalik ketika mencoba mencapai Pulau Kos, Yunani.

Keluarga Kurdi berasal dari Kobane, kota etnis Kurdi di Suriah. Mereka melarikan diri ketika terjadi pertempuran hebat di Suriah.

Jepretan Demir, dengan jenasah Aylan Kurdi sebagai obyek, membawa krisis migran Eropa ke puncak agenda dunia. PM Inggris David Cameron mengatakan; "Sebagai ayah, saya trenyuh melihat jasad bocah di pantai Turki. Inggris adalah bangsa bermoral. Kami akan memenuhi tanggung jawab moral kami."

Dua petisi telah diluncurkan, yang menyeru pemerintah Inggris untuk memenuhi kewajiban kemanusiaan internasional dan menerima lebih banyak pengungsi.

Ada pawai solidaritas di London pada 12 September mendatang, dengan 40 ribu orang berjanji akan hadir.

Di Turki, Demir masih belum mampu menghapus gambaran mengenaskan di pantai itu. Ia meneguhkan teori bahwa foto adalah sejuta kata yang menyayat. (inilah.com)