Jumat, 18 September 2015
Oleh Ghassan Mustafa Shami
Akhirnya, bendera Palestina dikibarkan dalam barisan bendera-bendera di depan kantor PBB di New York. Namun agaknya bendera ini akan tetap berduka dan bersedih di depan lembaga internasional tertinggi yang terbelenggu, yang selalu menerapkan standar ganda dan tidak pernah bersikap adil terhadap persoalan Palestina.
Palestina tidak menunggu hanya sekadar persoalan pengibaran bendera dari PBB setelah 67 tahun dijajah. Sebab Israel penjajah Palestina itu sudah dijadikan PBB sebagai anggotanya d tahun 1949 dan dikibarkan bendera Israel di sana sejak tahun itu. Namun Palestina menunggu dari PBB pembebasan dari kezhaliman dunia dan mengembalikan hak-hak Palestina yang sah. Yang menyedihkan, PBB lebih simpatisan dan kasihan kepada Israel. Ketika Israel marah terhadap tindakan PBB, organisasi dunia ini berusaha mencari ganti dari kemarahan Israel ini dan berusaha menyenangkan zionis.
Dalam semua laporan investigasi internasionalnya, PBB tidak pernah melayangkan tudingan dan dakwaan langsung kepada Israel, tidak penah langsung menyerukan Israel agar mengakhiri penjajahannya di wilayah Palestina dan menerapkan syarat-syarat dan perjanjian internasional. Berapa banyak perang sejak tahun 1948 yang digelar oleh Israel terhadap Palestina tanpa ada sanksi atau pertanggungjawaban yang bisa menjamin keamanan dan keselamatan warga Palestina atau perlindingan dunia.
Pengibaran bendera di PBB hanya langkah paling minim kepada bangsa Palestina yang telah menumpahkan seluruh pengorbanannya yang besar demi kebebasan dan kemerdekaan dan demi membangun negara merdeka di atas tanah Palestina. Ini hanya langkah simbolik yang seharusnya diikuti oleh sejumlah langkah dunia untuk meraih kemerdekaan dan menentukan nasibnya dan mengakhiri penjajahan dari tanah Palestina yang diberkahi.
Menurut penulis, PBB harus memiliki usaha serius terhadap hak-hak Palestina selain pengibaran bendera dan mencatat negara Palestina sebagai anggota pengawas di sejumlah organisasi bawahannya terutama di Pengadilan Pidana Internasional. PBB harus punya langkah riil menghentikan pembantaian yang dilakukan Israel setiap hari terhadap manusia Palestina, kekerasan terhadap tempat suci. PBB punya peluang untuk mengadili jenderal-jenderal Israel sebagai penjahat perang.
Isu Palestina kini mendapat banyak simpati dunia dalam bidang diplomasi. Sejumlah negara Eropa mendukung Palestina. PM Israel Benjemain Netanyahu yang berkunjung ke sana disambut unjuk rasa murka terhadapnya di jalan-jalan London menolak kunjungannya ke Inggris. Pro Palestina Jerremy Corbyn baru saja terpilih menjadi ketua Partai Buruh Inggris dengan suara mayoritas mutlak. Corbyn pernah ke Gaza beberapa kali untuk membebaskan blokade. Ia termasuk yang menentang keras Israel. Dan masih banyak kampanye anti Israel di Eropa seperti pelabelan produk Israel agar diboikot di pasar Eropa. Termasuk boikot akademi.
Sementara Palestina juga terus berusaha agar menorehkan capaiannya di dunia internasional. Pada saat itu, Israel semakin massif melancarkan kekerasan ke masjid Al-Aqsha dan melarang warga Palestina masuk. Pekan lalu Moshe Ya’alon mengeluarkan keputusan militer menganggap para penjaga masjid yang tetap di sana sebagai organisasi teroris, termasuk majlis taman ilmu di sana.
Ahad kemarin (13/9) saat pesta akhir tahun, untuk mengamankan warga Yahudi, pasukan Israel melarang masuknya semua wanita dan laki-laki di bawah usia 50 tahun, pelajar sekolah SMU Islam juga dilarang masuk ke Masjidil Aqsha. Setelah pasukan Israel melakukan kekerasan terhadap warga Palestina di sana. Sejumlah warga luka dan terjadi kebakaran di sisi selatan musholla Al-Qibli.
Menghadapi itu, bendera kita Palestina harusnya satu sampai kezhaliman bisa dienyahkan dari bumi Al-Quds dan Palestina.[]
Sumber: infopalestina.com