Kamis, 17 September 2015
Kasus diskriminasi Ahmed Mohamed (14 tahun), pelajar muslim Amerika yang ditangkap polisi karena jam digital hasil science project-nya terlihat seperti bom, mendapat perhatian dunia.
Di media sosial, netizen seluruh penjuru dunia memberi dukungan kepada Ahmed dengan tagar#IStandWithAhmed.
Bahkan pendiri facebook, Mark Zuckerberg ikut memberi support dan mengajak Ahmed ke kantornya di Facebook.
Di akun facebooknya (16/9), Mark menulis:
"You’ve probably seen the story about Ahmed, the 14 year old student in Texas who built a clock and was arrested when he took it to school.
Having the skill and ambition to build something cool should lead to applause, not arrest. The future belongs to people like Ahmed.
Ahmed, if you ever want to come by Facebook, I'd love to meet you. Keep building."
(Anda mungkin pernah melihat cerita tentang Ahmed, pelajar berusia 14 tahun di Texas yang membuat sebuah jam dan ditangkap ketika ia membawanya ke sekolah.
Memiliki keterampilan dan ambisi untuk membangun sesuatu yang keren harusnya mendapat aplause, bukan malah ditangkap. Masa depan adalah milik orang-orang seperti Ahmed.
Ahmed, jika Anda ingin mampir Facebook, saya ingin bertemu dengan Anda. Teruslah berkarya)
Diberitakan sebelumnya, Ahmed Mohamed (14 tahun), pelajar muslim Amerika ditangkap polisi karena jam digital hasil science project-nya terlihat seperti bom.
Ahmed mengatakan kepada media Amerika Serikat bahwa ia membuat jam dan membawanya ke sekolahnya SMA MacArthur di Irving, Texas, Amerika untuk diperlihatkan kepada guru teknologi.
Guru lain melihatnya dan khawatir jam itu seperti bom dan memberitahu pihak berwenang sekolah yang segera memanggil polisi.
Ahmed Mohamed mengatakan kepada Dallas Morning News ia menggemari robot dan teknologi dan ingin menunjukkan kepada gurunya kemampuannya. Namun Ahmed malah dilaporkan ke polisi dan ditangkap. Ahmed juga diskors dari sekolah selama tiga hari.
Ayah Ahmed, Mohamed Elhassan yang berasal dari Sudan mengatakan putranya, "hanya ingin menciptakan sesuatu yang bagus, namun karena namanya Mohamed dan karena kejadian 11 September maka putra saya mendapatkan perlakuan tak layak. Ia adalah anak yang menyenangkan dan pintar yang ingin menunjukkan karyanya kepada guru-gurunya."