Kamis, 17 September 2015
Ahmed Mohamed (14 tahun), pelajar muslim Amerika ditangkap polisi karena jam digital hasil science project-nya terlihat seperti bom (14/9/2015).
Ahmed mengatakan kepada media Amerika Serikat bahwa ia membuat jam dan membawanya ke sekolahnya SMA MacArthur di Irving, Texas, Amerika untuk diperlihatkan kepada guru teknologi.
Guru lain melihatnya dan khawatir jam itu seperti bom dan memberitahu pihak berwenang sekolah yang segera memanggil polisi.
Ayah Ahmed mengatakan insiden itu terjadi karena agama mereka.
Atas perlakukan sewenang-wenang pihak sekolah dan polisi setempat ini, Ahmed mendapatkan dukungan lewat media sosial dengan tagar #IStandWithAhmed.
Dukungan untuk Ahmed mengalir di media sosial dengan tagar #IStandWithAhmed yang disinggung lebih 50.000 kali, Rabu (16/09), dan menjadi Trending Topic dunia.
Akun @dulsetsabr, antara lain, menulis, "Islamfobia terjadi. Ini mengkhawatirkan. #IstandWithAhmed".
Sementara Wajahat Ali, @WajahatAli menulis, "Sebagian besar anak-anak yang membuat jam dalam waktu 20 menit akan disambut sebagai Jimmy Neutron. Anak Muslim? Berpotensi membuat bom. Sedih. #IStandWithAhmed."
Akun @fentyselenas menulis: "This is so sad I just want to cry #IStandWithAhmed#MuslimLivesMatter".
Dewan hubungan Amerika-Islam mengatakan mereka tengah menyelidiki insiden itu.
Dipanggil kepala sekolah dan polisi
Ahmed Mohamed mengatakan kepada Dallas Morning News ia menggemari robot dan teknologi dan ingin menunjukkan kepada gurunya kemampuannya.
Ia mengatakan guru lain melihat saat jam itu berbunyi pada saat pelajaran.
"Dia mengatakan itu tampak seperti bom," kata Ahmed.
Gurunya menyimpan jam tersebut dan kemudian ia dipanggil oleh kepala sekolah dan empat polisi.
Ia juga dilaporkan diskors dari sekolah selama tiga hari.
Juru bicara polisi James McLellan mengatakan pada saat wawancara, Ahmed menekankan ia membuat jam namun mengatakan remaja itu tidak bisa "memberi penjelasan lebih lanjut" soal penggunaan jam itu.
Pihak sekolah tidak berkomentar namun mengatakan dalam satu pernyataan, mereka, "selalu bertanya kepada siswa dan staf untuk segera melapor bila melihat ada sesuatu atau ada tingkah laku yang mencurigakan".
Ayah Ahmed, Mohamed Elhassan yang berasal dari Sudan mengatakan putranya, "hanya ingin menciptakan sesuatu yang bagus, namun karena namanya Mohamed dan karena kejadian 11 September maka putra saya mendapatkan perlakuan tak layak."
Dewan Hubungan Amerika-Islam mengatakan kecurigaan ayah Ahmed mungkin tepat.
"Saya rasa hal ini tidak akan dipertanyakan bila namanya bukan Ahmed Mohamed," kata Alia Salem, dari dewan setempat.
"Ia adalah anak yang menyenangkan dan pintar yang ingin menunjukkan karyanya kepada guru-gurunya."
Sumber: BBC, Twitter