Minggu, 13 September 2015
Kerajaan Arab Saudi telah membantah tuduhan publik dan media Eropa tentang tidak adanya peran negara-negara Arab dalam membantu warga Suriah yang melarikan diri dari perang di negara mereka.
Seperti dilansir Al-Jazeera, kantor berita Arab Saudi (SPA) hari Jumat mengutip pernyataan sumber resmi di Kementerian Luar Negeri yang menyatakan bahwa kerajaan Saudi ingin memperjelas peran mereka dalam membantu para pengungsi, setelah adanya tuduhan bahwa dunia Arab tidak melakukan apa-apa.
"Penting untuk memperjelas semuanya dengan fakta dan data untuk menanggapi laporan media, termasuk tuduhan palsu menyesatkan terhadap kerajaan", ujar sumber tersebut.
Sebenarnya tak ada satupun negara Teluk yang meratifikasi konvensi PBB tentang pengungsi, sehingga internasional pun tak bisa memberi sanksi pada negara-negara Arab meskipun mereka benar-benar menolak para pengungsi, seperti halnya Indonesia.
Namun negara-negara Teluk mengklaim bahwa mereka telah menerima ratusan ribu warga Suriah sejak meletusnya revolusi pada tahun 2011, tanpa perlu ada urusan dengan aturan mengenai pengungsi.
Sumber itu juga menyebut bahwa Arab Saudi telah menerima lalu-lalang hampir 2,5 juta warga Suriah sejak perang meletus. Mereka diperlakukan bukan sebagai pengungsi, tapi selayaknya para pendatang biasa yang bermukim di sana dan memiliki kebebasan bergerak.
"(Kami) tidak ingin menganggap mereka sebagai pengungsi, atau menempatkan mereka di kamp-kamp pengungsi, demi menjaga martabat dan kehormatan mereka. Dan (kami) memberi mereka kebebasan penuh untuk bergerak."
Sebelumnya, menurut jaringan tv Al-Arabiya, bahwa hingga saat ini total ada sekira 750 ribu warga Suriah yang hidup di Saudi.
Sekitar $ 700 juta telah dikucurkan Saudi sebagai bantuan kemanusiaan ke Suriah dan telah mendirikan klinik di berbagai kamp-kamp pengungsi. Sumber resmi ini juga mengatakan bahwa lebih dari 100.000 pelajar Suriah telah menerima pendidikan gratis di Arab Saudi. Dukungan Saudi terhadap revolusi Suriah juga bukan sekedar bantuan kemanusiaan pada warga sipil, beberapa laporan menyebut jika Saudi telah membantu faksi jihad di Suriah dalam menumbangkan rezim Alawite Nushairiyah. Jaisyul Islam diduga kuat adalah faksi jihad yang beraliansi dengan Saudi.
Tuduhan miring publik Eropa terhadap dunia Arab terjadi menyusul arus ratusan ribu pengungsi Suriah ke benua biru dalam beberapa bulan belakangan, dan terjadi berbagai insiden tragis dialami para pengungsi, meski media Eropa sendiri sebelumnya menyebut para pengungsi sebagai "imigran" gelap.
Presiden Turki, Tayyib Recep Erdogan ketika berkunjung ke Indonesia sempat mengkritik Eropa yang dinilai tidak proaktif dan lamban atau terlalu "njelimet" terkait urusan suaka pada pengungsi Suriah. Padahal negara-negara Eropa mayoritasnya telah meratifikasi konvensi tentang pengungsi. (Risalah)
Sumber: http://www.aljazeera.com/news/2015/09/saudi-arabia-denies-giving-syrians-sanctuary-150912050746572.html