Hanya dalam satu bulan terakhir, BI selaku penjaga stabilitas Rupiah telah "membakar" cadangan devisa sebanyak 2,3 Milyar Dollar. Jumlah yang fantastis (!).
Setara berapa Rupiah kah itu???
Waduhhh, kalo orang kagak ngarti pikirannya bisa lari ke sana tuh... Bersoal tentang cadangan devisa, dua koma tiga milyar dollar ya 2,3 milyar DOLLAR. Tidak pake konversi-konversian lagi. Itu artinya duit sebesar 2,3 M Dollar "terbakar" begitu saja. "Asap"nya menjadi mata uang Rupiah kita sendiri, yang akan berdiam diri dalam brankas BI tanpa bisa beranak-pinak. Kalau "asap" ini diputar ke dalam sistem perekonomian internal, justru ia akan menjadi pemicu inflasi, yang ke sananya bikin Rupiah yang dipegang rakyat makin turun daya belinya.
Proses balik (inversi) duit Rp itu kembali ke Dollar untuk kembali menjadi Cadangan Devisa tanpa merugikan Negara hanya bisa dilakukan apabila perekonomian membaik. Yaitu, saat di mana banyak Dollar masuk ke tanah air kita sebagai pembayaran atas impor negara lain atas barang dan jasa dari dalam negeri kita (dalam artian ekspor kita membaik, ditambah catatan impor kita dari luar tidak lebih besar daripada ekspor itu)
Bagaimana meningkatkan ekspor? Ya perekonomian wajib membaik. Njelimet, kan?
Bagaimana mengurai njelimetan itu? Kembali ke 'Prime Mover' negara kita, yaitu: Pemimpin Negara yang kuat. Yang kebijakannya tidak lemah. Kemampuannya mengendalikan para menterinya kuat, Pemimpin yang kata-katanya dapat dipegang, karena kata-katanya adalah arah kebijakan Negara. Apabila kata-katanya saja tidak dapat dipegang, maka Negara ibarat bergerak tanpa arah.
Sekedar info, terhitung sejak Januari kita telah kehilangan Cadangan Devisa sebesar 9 Milyar Dollar.
Sebagian karena secara natural BI memang harus bereaksi menetralisir dampak atas pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia, devaluasi yuan, penguatan ekonomi Amerika. Maaf, kisruh Korea tidak termasuk.
Ada pun sebagian besar lagi, Cadangan Devisa itu terbakar demi menetralisir dampak atas tidak kapabelnya presiden kita, Joko Widodo.
(Canny Watae)