AS: Antara Islamophobia dan Akal Sehat


Oleh Ahmad Dzakirin
Pengamat Timteng

Seorang remaja ditangkap di AS karena membawa karyanya, tas jam ke sekolah. Dia dilaporkan ke polisi karena dicurigai membawa bom ke sekolah di Irving, Texas, AS. Kita dapat langsung menyimpulkan bahwa penangkapan Ahmed (nama anak tersebut) karena dia seorang Muslim.

Referensi agama (Islam) di AS telah membangun stereotype dan kebencian (Islamophobic) sebagian warga Amerika, termasuk kandidat Persiden AS, Donald Trump yang lagi hangat dibicarakan di tanah air.

Bahkan, Walikota Irving Beth Van Duyne -tempat Ahmed Mohammed tinggal- masuk dalam jajaran politikus lokal pembenci Islam dan berperan penting, seperti dikatakan seorang selebriti AS, Montel William, mengobarkan kebencian terhadap minoritas Muslim.

Namun AS memiliki sisi lain yang patutu dipuji. Tidak lama, setelah kabar penangkapan Ahmed menyebar, simpati mengalir deras ke remaja malang tadi. Dukungan terhadap dirinya di social media mencapai hit. Hashtag ‪#‎IStandWithAhmed‬ dalam waktu singkat mencapai 500 ribu mention dan terus meroket (meminjam istilah Presiden Jokowi). Tidak kurang, Presiden Obama menyampaikan simpati dan mengundang Ahmed ke Gedung Putih dengan 'bom ciptaannya'.

AS punya mekanisme self healing and correction, sehingga kesalahan dan kebencian dapat diluruskan. Lebih dari itu, mendahulukan rasionalisme dari emosi dan fanatisme. Islamophobia adalah problem Amerika, namun negeri itu punya kemampuan korektifnya.

Ini pula yang menyelamatkan AS dari "Great Depression" pada 1929. Ketika banyak pihak memandang keterpurukan dan resesi AS tidak dapat dipulihkan. Atau, insiden "Pig Bay" (Teluk Babi) yang hampir menyeret AS dalam Perang Nuklir, 1961. Dan selalu ada pemimpin rasional yang mengambil pilihan tepat di saat-saat sulit sehingga menyelamatkan sejarah dan menopang kedigdayaan AS, seperti Rossevelt dan JFK.

Mekanisme self healing dan koreksi internal, kita butuhkan untuk menjadi negara besar. Banyak hal yang membuat kita emosi dan memantik amarah, namun pada akhirnya akal sehat dan rasionalisme menjadi pilihan terbaik. Kondisi tersebut tidak akan lahir tanpa ada garansi kebebasan, dimana rakyat memiliki kran menyuarakan pandangan tanpa rasa takut dan intimidasi. Dan dalam sejarah, saya melihat jejak itu telah menyelamatkan AS dari kehancurannya.

‪*Saya‬ jarang puji Amerika..