Selasa, 01 September 2015
KUALA LUMPUR - Ada satu fenomena aneh dalam demonstrasi Bersih 4.0 di Kuala Lumpur yang menentang Perdana Menteri Malaysia Najib Rajak. Hal itu terkait dengan para pendemo yang sebagian besar didominasi etnis Cina dan Indonesia. Adapun, etnis Melayu yang menjadi mayoritas penduduk negeri jiran jarang terlihat turun ke jalan.
Pakar politik Wong Chin Huat melalui analisisnya di Malaysia Kini memiliki argumen menarik terkait fenomena tersebut. Menurut dia, warga Melayu sangat rentan secara politis karena tiga partai utama, yaitu PKR, PAS, dan UMNO sedang mengalami perpecahan. Adapun, etnis Cina yang berada di belakang oposisi, terutama DAP bersatu padu ingin melawan Najib Razak.
"Untuk mencegah orang Melayu bergabung dalam demo Bersih 4, salah satu mungkin hanya perlu untuk memperingatkan mereka, jika etnis Melayu bergabung dengan antusias, maka tidak hanya Najib Abdul Razak yang akan lengser, (partai pendukung pemerintah) UMNO juga akan kehilangan kekuatan. Dan sekarang, politik Cina akan memimpin Ekonomi Baru Kebijakan (NEP) dan melemahkan Islam," tulis Wong Chin Huat.
Dia pun merasa tidak perlu menyalahkan teman-teman yang berasal dari etnis Melayu yang tidak bergabung dengan demo Bersih 4.0. "Tentu saja tidak. Setiap orang memiliki hak untuk ingin negara untuk menjadi lebih bersih, lebih bebas dan lebih demokratis. Itu tidak ada hubungannya dengan etnis atau agama," katanya.
Di Malaysia, sistem politik mendukung bagi setiap pemenang untuk menguasai semuanya. Kalau etnis Cina sukses menggulingkan Najib Razak, sangat mungkin etnis Melayu takut tersingkir dengan dominasi etnis Cina dan India yang menguasai perekonomian. Hal itu jelas menimbulkan ketakutan bagi angota UMNO.
"Saya bahkan tidak akan menyalahkan mereka atas kecemasan mereka. Bisa orang memaksakan diri untuk tidak menjadi cemas?"
Data terakhir, etnis Melayu di Malaysia berjumlah 50 persen lebih, Cina sebanyak 22,6 persen dan India 6,7 persen.
Sumber: Republika Online