Sabtu, 12 September 2015 | 19:43
Bogor - PLN Area Bogor,
Jawa Barat, mengimbau warga untuk membiasakan diri menyediakan cadangan
token listrik prabayar di rumah untuk menghindari terjadinya kehabisan
saldo listrik, terutama saat malam hari.
"Saran kami karena masyarakat sering lupa, sebaiknya menyediakan cadangan token, nominal paling rendah Rp 20.000. Jika terjadi kehabisan kwh listrik malam hari dapat digunakan untuk jaga-jaga sampai bisa mengisi ulang di pagi harinya," kata Kepala Humas PLN Area Bogor, Kusumawan, di Bogor, Sabtu (12/9).
Kusumawan mengatakan saat ini pembelian token listrik sudah bisa dilakukan online di seluruh Indonesia, juga tersedia di minimarket atau warung waralaba, seperti Alfamart dan Indomaret di seluruh Jawa Barat.
Menurutnya, masyarakat akan sangat mudah untuk mendapatkan token listrik di mana pun, baik secara online ataupun membeli langsung di minimarket yang tersedia, sehingga tidak ada lagi kejadian kehabisan kwh listrik pada situasi penting atau malam hari.
Dikatakan, listrik prabayar memiliki banyak kelebihan, di antaranya aman dan tidak bisa digunakan oleh pelanggan lain apabila salah seorang pelanggan kehilangan kuitansi pembelian token atau tercuci. Bila itu terjadi, bisa ditanya ke PLN untuk mendapatkan kode serinya.
"Kalaupun ada yang menemukan, orang tersebut tidak akan bisa menggunakan token listrik itu. Karena token efektif untuk kilometer masing-masing, lebih spesifik tidak bisa digunakan beda kilometer, jadi aman," katanya.
Kusumawan menjelaskan tarif antara listrik prabayar dan pascabayar sama. Sesuai dengan tarif dasar listrik (TDL) yang ditentukan pemerintah tahun 2015. Ada tiga komponen listrik prabayar, yakni pertama, untuk biaya pemakaian, kedua, pajak penerangan jalan, dan ketiga, biaya administrasi.
"Untuk biaya administrasi ditentukan oleh masing-masing penyedia jasa pembayaran seperti bank dan bisa juga Kantor Pos," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, tampilan rekening listrik prabayar, misalnya membayar sebesar Rp 100.000, maka dipotong untuk biaya administrasi bank, misalnya Rp 2.000. Lalu biaya dipotong untuk pajak penerangan dengan nominal tiga persen dari Rp 98.000. Misalnya pajak penerangan jalan Rp 3.000, maka sisa dana pembelian listrik menjadi Rp 95.000. Dari nominal tersebut dibagi tarif listriknya. Misalnya, dengan daya 1.300 watt (tarif listrik rumah tangga), dibagi Rp 1.352, maka nilai Rp 95.000 setara dengan 70 kwh.
"Jadi ada kesalahan persepsi. Dari biaya Rp 100.000 itu, nominal yang dibayarkan setelah dipotong tiga komponen dalam listrik prabayar, harganya menjadi Rp 95.000 mendapat 70 kwh. Yang tampil itu satuannya, karena satuan energi listrik kwh bukan rupiah," katanya.
Kusumawan menambahkan, saat ini pengguna listrik prabayar di area pelayanan PLN Area Bogor sebesar 35 persen dari 1 juta lebih pelanggan yang tersebar di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, atau sekitar 350.000 pelanggan.
"Memang untuk pelanggan baru kita harusnya menggunakan listrik prabayar, kecuali untuk pengguna dengan daya besar harus menggunakan listri pascabayar, karena daya listrik prabayar masih terbatas untuk rumah tangga," katanya.
"Saran kami karena masyarakat sering lupa, sebaiknya menyediakan cadangan token, nominal paling rendah Rp 20.000. Jika terjadi kehabisan kwh listrik malam hari dapat digunakan untuk jaga-jaga sampai bisa mengisi ulang di pagi harinya," kata Kepala Humas PLN Area Bogor, Kusumawan, di Bogor, Sabtu (12/9).
Kusumawan mengatakan saat ini pembelian token listrik sudah bisa dilakukan online di seluruh Indonesia, juga tersedia di minimarket atau warung waralaba, seperti Alfamart dan Indomaret di seluruh Jawa Barat.
Menurutnya, masyarakat akan sangat mudah untuk mendapatkan token listrik di mana pun, baik secara online ataupun membeli langsung di minimarket yang tersedia, sehingga tidak ada lagi kejadian kehabisan kwh listrik pada situasi penting atau malam hari.
Dikatakan, listrik prabayar memiliki banyak kelebihan, di antaranya aman dan tidak bisa digunakan oleh pelanggan lain apabila salah seorang pelanggan kehilangan kuitansi pembelian token atau tercuci. Bila itu terjadi, bisa ditanya ke PLN untuk mendapatkan kode serinya.
"Kalaupun ada yang menemukan, orang tersebut tidak akan bisa menggunakan token listrik itu. Karena token efektif untuk kilometer masing-masing, lebih spesifik tidak bisa digunakan beda kilometer, jadi aman," katanya.
Kusumawan menjelaskan tarif antara listrik prabayar dan pascabayar sama. Sesuai dengan tarif dasar listrik (TDL) yang ditentukan pemerintah tahun 2015. Ada tiga komponen listrik prabayar, yakni pertama, untuk biaya pemakaian, kedua, pajak penerangan jalan, dan ketiga, biaya administrasi.
"Untuk biaya administrasi ditentukan oleh masing-masing penyedia jasa pembayaran seperti bank dan bisa juga Kantor Pos," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, tampilan rekening listrik prabayar, misalnya membayar sebesar Rp 100.000, maka dipotong untuk biaya administrasi bank, misalnya Rp 2.000. Lalu biaya dipotong untuk pajak penerangan dengan nominal tiga persen dari Rp 98.000. Misalnya pajak penerangan jalan Rp 3.000, maka sisa dana pembelian listrik menjadi Rp 95.000. Dari nominal tersebut dibagi tarif listriknya. Misalnya, dengan daya 1.300 watt (tarif listrik rumah tangga), dibagi Rp 1.352, maka nilai Rp 95.000 setara dengan 70 kwh.
"Jadi ada kesalahan persepsi. Dari biaya Rp 100.000 itu, nominal yang dibayarkan setelah dipotong tiga komponen dalam listrik prabayar, harganya menjadi Rp 95.000 mendapat 70 kwh. Yang tampil itu satuannya, karena satuan energi listrik kwh bukan rupiah," katanya.
Kusumawan menambahkan, saat ini pengguna listrik prabayar di area pelayanan PLN Area Bogor sebesar 35 persen dari 1 juta lebih pelanggan yang tersebar di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, atau sekitar 350.000 pelanggan.
"Memang untuk pelanggan baru kita harusnya menggunakan listrik prabayar, kecuali untuk pengguna dengan daya besar harus menggunakan listri pascabayar, karena daya listrik prabayar masih terbatas untuk rumah tangga," katanya.
/YUD
Antara