Rabu, 09 September 2015
Pada 5-12 September 2015, sebanyak 13 anggota DPR mengadakan kunjungan kerja ke Tanah Suci dalam rangka pengawasan terhadap penyelenggaraan dan layanan haji di Tanah Suci Makkah serta Madinah. Anggota DPR yang ikut dalam kunjungan kerja terdiri dari Komisi VIII yang merupakan mitra Kementerian Agama.
Ibu Ledia Hanifa Amaliah, Wakil Ketua Komisi VIII dari PKS yang ikut dalam kunjungan kerja ini memberikan laporan terbuka atas hasil pengawasan penyelenggaraan haji Indonesia.
Melalui jejaring social media twitter dengan akun
[MADINAH]
1. Jamaah Indonesia paling banyak atributnya: Tas tempat dokumen, slayer, mukena, tas sendal, topi.
2. Selain atribut yg berwarna warni, identitas jamaah Indonesia yg melekat adalah gelang bertuliskan kloter & status kesehatan.
3. Meskipun sudah lengkap tdk otomatis bisa mengantar jamaah yg tersesat. Krn sukar me-match-kan kloter dg pemondokan.
4. [Ini] Temukan Pak Nata dari Pangandaran yg tersesat, cuma info kloter dari gelang. Harus segera cari petugas.
5. Sedangkan petugas sektor khusus masjid Nabawi yg posnya di pintu 18 orangnya sedikit. Yg tersesat banyak & terlihat bingung.
6. Keterlambatan penyelesaian visa berakibat pada rentetan pelayanan di Saudi. Regrouping, koper duluan/ttinggal juga bagi kamar.
7. Ada koper yg sudah tiba, jamaahnya blm punya visa. Ada jamaah sdh tiba, pasportnya tertukar dg org lain.
8. Ada jamaah yg berangkatnya dmajukan utk isi kekosongan yg belum punya visa. Akibatnya jk tersesat gelang & alamat tidak match.
9. Regrouping & pindah alamat tdk mudah. Belum lagi jika satu kloter terbagi di 3 gedung spt SOC25 atau bahkan 4 gedung seperti JKS23.
10. Pengontrolan dan pembimbingan jadi sukar. Apalagi jika 1/3 jamaahnya lansia. Dokter pun hrs berkeliling mencari pasiennya.
11. Jamaah resiko tinggi jg cukup banyak. Kloter Padang10 ada lebih dari 200 orang resti (resiko tinggi) dari total 425 jamaah. JKS23 ada 155 org.
12. Tidak memadai proporsi yg jamaah haji resti (resiko tinggi) dg petugas kesehatan per kloter. Antisipasinya harus sudah ada bimbingan kesehatan 1 tahun sebelum berangkat.
13. Bimbingan kesehatan diperlukan utk memperbaiki perilaku hidup bersih sehat (PHBS).
14. Cuaca yg panas, jumalh orang yang banyak dan bgmn menjaga asupan makanan jd pengetahuan yg hrs diulang2.
15. Dehidrasi juga jadi tantangan. Jamaah kurangi minum krn takut sering ke kamar mandi. Pada sejumlah lansia (ini) memperburuk keadaan.
16. Efeknya ada momen yg mereka lupa sama sekali. Tak ingat kapan tiba di Madinah, dg siapa datang. Balik tanya "ini saya di mana?"
17. Ketika diberi minum berangsur angsur ingatannya pulih. "Ini sekarang di Arab ya?" Begitt tanyanya. "Udin dimana?" Bingung.
18. Seorang petugas cerita ada jamaah yg bilang akan pulang ke Cianjur naik bis. Setelah dehidrasi diatasi berangsur pulih ingatannya.
19. Seorang ibu yg sempat tersesat bercerita tdk tahu mengapa kakinya terus berjalan sampai akhirnya ditemukan petugas setelah berjalan 9 km.
20. Banyak lansia tanpa pendamping. Kebijakan @Kemenag_RI behwa pendamping sudah harus daftar minimal 2 tahun sebelumnya juga sulitkan di lapangan.
21. Lansia yg semula sehat dg waktu tunggu yg lama bisa jadi kondisi kesehatannya menurun shg anaknya baru mendaftar belakangan.
22. Sebab ada jamaah yg sudah banyak terbaring di tempat tidur tak ada yg mendampingi yg akhirnya tergantung pd jamaah lain.
23. Tentang pemondokan di Madinah tdk ada yg di luar Markaziyah. Selain distribusi jamaah, yg dikeluhkan tidak bisa jemur pakaian :)
24. Kerja bagian pemondokan harus sangat detil utk infokan pengelompokan jamaah sejak awal. Agar pemisahan & petugas jamaah perempuan/laki-laki berjalan.
25. Hak jamaah 4m persegi per jamaah tak sepenuhnya terpenuhi. Ada yg 4-6 org/kamar ada yg 11 org/kamar dg 8 lansia.
26. 11 org (mayoritas lansia) dlm satu kamar dg 1 kamar mandi sangat sukar memenej nya. Jadi ikut ke tetangga.
27. Ada petugas kloter bercampur laki dan perempuan dlm 1 kamar karena tidak disediakan kmr yg tpisah. Padahal sudah ditetapkan sejak 3 th lalu.
28. Di gedung ini ada 3 kloter yg menempati: JaTim, JaBar dan Sumsel. JaBar hanya 1/3 kloter di sini.
Ibu Ledia Hanifa (tengah) |
29. Terpisahnya 1 kloter dalam lebih dari 1 gedung juga sebabkan keterlambatan kirim makanan. Sudah ada perusahaan catering yg diputus kontraknya.
30. Urusan makanan ini jadi penting krn jamaah harus terjaga staminanya sampai puncak haji tiba. Tg resti banyak yg tdk memaksakan arbain.
31. Mudah2an pelaksanaan di Mekkah bisa lebih terkontrol mengingat pemondokan tersebar di 6 sektor dg jarak yg jauh.
32. Insya Allah kultwit akan dilanjutkan pd hari esok. Terima kasih utk yg tlh menyimak.
*dari twitter @lediahanifa (5/9/2015)