Senin, 31 Agustus 2015 | 10:44
Puluhan buruh tekstil berjalan menuju tempat tinggal
usai bekerja di kawasan industri KBN Cakung, Kelurahan Sukapura,
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, 31 Agustus 2015. (Suara
Pembaruan/Carlos Roy Fajarta)
Jakarta - Sebanyak 5.300
buruh perempuan yang bekerja di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung,
Jalan Cakung Cilincing Raya, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Cilincing,
Jakarta Utara, mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.
Ketua Umum Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) Jumisih mengatakan, selama pertengahan kuartal ketiga (Januari-Agustus 2015) ini sudah ada ribuan buruh yang mengalami PHK massal karena pabrik tempat mereka bekerja tutup.
Sebagian besar perusahaan tempat mereka bekerja gulung tikar karena tidak bisa menutup ongkos produksi dengan kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan.
"Dengan kondisi berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan upah di bawah Upah Minimun Provinsi (UMP) sebesar Rp 2,7 juta saja perusahaan banyak yang gulung tikar, bagaimana teman-teman kami dapat bertahan dengan kondisi perlambatan ekonomi seperti ini," ujar Jumisih saat dihubungi, Senin (31/8) pagi.
Menurutnya, KBN Cakung yang merupakan salah satu kawasan industri garmen terbesar di Indonesia saat ini memiliki kurang lebih 80.000 buruh, dimana 99 persen di antaranya merupakan buruh perempuan, sedangkan sisa satu persen adalah buruh laki-laki.
Dari puluhan perusahaan yang menempati kawasan seluas 176 hektare itu, kini hanya didominasi oleh dua perusahaan asal Korea Selatan yang memiliki modal besar, yakni PT Hansai Indonesia Utama yang memiliki 5 buah pabrik dan PT Tainan yang memiliki 4 buah pabrik. Total jumlah buruh di kedua perusahaan itu sebanyak 8.000 orang.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, kondisi di KBN Cakung saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem kontrak borongan dan lebih mengutamakan buruh harian lepas. Hal itu untuk menekan ongkos produksi dan tenaga buruh dapat dilepas kapanpun bergantung pesanan produksi.
"Kami akan ikut serta dengan teman-teman buruh lain yang akan melakukan aksi demo besar-besaran di Istana Presiden besok (1 September 2015) sebagai bentuk protes kami terhadap pemerintah yang tidak mengambil gerakan cepat untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi," kata Jumisih.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Persero Toha Muzaqi mengakui, banyak investor yang mencabut investasi di KBN Cakung karena perlambatan ekonomi global.
"Banyak buyer dari negara-negara Eropa dan Amerika yang mengurangi pemesanan, namun besar persentasenya belum kami hitung datanya," kata Toha saat dikonfirmasi.
Ketua Umum Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) Jumisih mengatakan, selama pertengahan kuartal ketiga (Januari-Agustus 2015) ini sudah ada ribuan buruh yang mengalami PHK massal karena pabrik tempat mereka bekerja tutup.
Sebagian besar perusahaan tempat mereka bekerja gulung tikar karena tidak bisa menutup ongkos produksi dengan kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan.
"Dengan kondisi berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan upah di bawah Upah Minimun Provinsi (UMP) sebesar Rp 2,7 juta saja perusahaan banyak yang gulung tikar, bagaimana teman-teman kami dapat bertahan dengan kondisi perlambatan ekonomi seperti ini," ujar Jumisih saat dihubungi, Senin (31/8) pagi.
Menurutnya, KBN Cakung yang merupakan salah satu kawasan industri garmen terbesar di Indonesia saat ini memiliki kurang lebih 80.000 buruh, dimana 99 persen di antaranya merupakan buruh perempuan, sedangkan sisa satu persen adalah buruh laki-laki.
Dari puluhan perusahaan yang menempati kawasan seluas 176 hektare itu, kini hanya didominasi oleh dua perusahaan asal Korea Selatan yang memiliki modal besar, yakni PT Hansai Indonesia Utama yang memiliki 5 buah pabrik dan PT Tainan yang memiliki 4 buah pabrik. Total jumlah buruh di kedua perusahaan itu sebanyak 8.000 orang.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, kondisi di KBN Cakung saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem kontrak borongan dan lebih mengutamakan buruh harian lepas. Hal itu untuk menekan ongkos produksi dan tenaga buruh dapat dilepas kapanpun bergantung pesanan produksi.
"Kami akan ikut serta dengan teman-teman buruh lain yang akan melakukan aksi demo besar-besaran di Istana Presiden besok (1 September 2015) sebagai bentuk protes kami terhadap pemerintah yang tidak mengambil gerakan cepat untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi," kata Jumisih.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Persero Toha Muzaqi mengakui, banyak investor yang mencabut investasi di KBN Cakung karena perlambatan ekonomi global.
"Banyak buyer dari negara-negara Eropa dan Amerika yang mengurangi pemesanan, namun besar persentasenya belum kami hitung datanya," kata Toha saat dikonfirmasi.
Carlos Roy Fajarta/LIS
Suara Pembaruan