PENCITRAAN itu SESAT dan MENYENGSARAKAN


Apa beda PENCITRAAN dan BRANDING?

BRANDING itu harus menjawab “3W”
WHO ARE YOU? Siapa Anda? Itu soal seberapa kuat karakter Anda.
WHAT HAVE YOU DONE? Apa saja yang telah Anda lakukan sebelumnya? Itu soal kompetensi.
WHAT WILL YOU DO? Apa visi dan misi Anda ke depan?

Kalau PENCITRAAN? Itu lebih kepada “rekayasa jadi-jadian” tentang Anda. Ia tak akan langggeng. Balon. Mudah mengembung… mudah pula pecah.

BRANDING adalah pintu menuju TRUST, kepercayaan. Ia akan memperkuat persepsi orang tentang Anda. Kalau pencitraan itu sesat. Dan bisa menyesatkan.

Demikian disampaikan Joko Santoso HP di wall facebooknya, Sabtu (19/9/2015).

***

Dari urain singkat namun jelas itu, maka kita pun bisa 'memaklumi' kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini.

Ketika kondisi ekonomi mulai terpuruk, Presiden pun melakukan langkah-langkah untuk mengatasinya:
- Perombakan kabinet, ganti menteri, reshuffle
- Memperkuat dukungan politik pemerintah dengan 'membajak' PAN masuk koalisi pemerintah
- Mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi jilid I

Tapi, kondisi ekonomi tak bergeming. Rupiah makin terpuruk, IHSG merosot, PHK tak terelakan, angka kemiskinan menanjak.

Pasar sepertinya sudah kehilangan 'TRUST' terhadap nahkoda RI. Karena pasar itu realistis, melihat realita kapasitas pemangku kekuasaan yang cuma hasil PENCITRAAN.

Dan Ongkos pencitraan pemimpin itu MAHAL. 250 juta rakyat yang menanggung.