Kisah pasukan elite AS dipecundangi di Afghanistan



 Sabtu, 12 September 2015 07:09
Operation Red Wings. ©istimewa
Merdeka.com - Serangan 11 September 2001 terhadap dua menara kembar World Trade Center (WTC) di New York menjadi alasan Amerika Serikat (AS) untuk menginvasi Afghanistan. Taliban langsung dituding sebagai kelompok yang harus bertanggung jawab atas runtuhnya WTC.

Pemerintah AS segera meluncurkan Operasi Kebebasan Abadi atau Operation Enduring Freedom. Operasi ini dilaksanakan pada 7 Oktober 2001 dengan menggelar invasi besar-besaran ke tanah Afghanistan yang dikuasai milisi Taliban.

Operasi ini berhasil memukul Taliban dari Kabul. Namun, serangan masif terhadap pasukan koalisi, terutama AS terus berlangsung. Kondisi ini memaksa militer AS untuk menggelar berbagai misi untuk menghancurkan basis-basis Taliban yang lain.

Salah satunya adalah Operasi Sayap-sayap Merah atau Operation Red Wings. AS menerjunkan tim elitenya, Navy SEAL untuk mengawasi gerakan Ahmad Shah, salah satu pemimpin Taliban yang paling berpengaruh. Oleh penduduk lokal, Ahmad juga dikenal dengan nama Muhammad Ismail.

AS kemudian mengirimkan tim Navy SEAL yang beranggotakan empat orang di bawah komando Letnan Michael Murphy. Mereka mengawasi pergerakan musuh dari ketinggian 10 ribu kaki, yang diduga menjadi lokasi persembunyian Ahmad Shah. Tempat tersebut berada di Asadabad, Provinsi Kumar, Afghanistan.

Sayang, pergerakan yang dilakukan secara rahasia ini tak sengaja terungkap. Salah satu penduduk lokal melihat keempatnya sedang berjalan menuju lokasi yang ditentukan, lantas melaporkannya kepada anggota Taliban terdekat. Secara diam-diam, milisi yang dijuluki 'Macan Gunung' telah mengatur penyergapan.

Alhasil, di tengah perjalanan keempatnya sudah dihujani tembakan peluru. Empat orang Navy SEAL dikurung 50 milisi anti-koalisi, membuatnya kalah jumlah. Namun, seluruh pasukan elite AS tersebut mampu bertahan karena berada di lokasi lebih tinggi, sehingga dapat melihat seluruh pergerakan musuh.

'Macan Gunung', milisi yang mereka hadapi ternyata cukup teratur dalam membangun serangan. Mereka menembaki posisi anggota SEAL dari tiga penjuru serta menutup jalur pelarian. Meski begitu, dengan penuh luka, keempat pasukan elite ini berhasil membuka jalan dan turun perlahan 20 sampai 30 kaki.
[tyo]