Jumat, 25 September 2015
Khan Yunis - Wakil kepala biro politik Hamas yang juga mantan PM Palestina Ismail Haniyeh dalam Khutbah Idul Adha, Kamis (24/9), menyerukan pemerintah Mesir agar menghentikan proyek “terusan air” dengan menggali wilayah perbatasan Jalur Gaza karena hal itu bertujuan menghancurkan terowongan bawah tanah yang digunakan akses lalu lintas barang sebagai jalur alternative karena Jalur Gaza diblokade.
Dalam khutbah Idul Adha di wilayah Zannah di timur kota Khan Yunis Gaza, Haniyeh mengatakan, “Berangkat dari cinta kami katakan kepada saudara-saudara di Mesir, hentikanlah proyek terusan air yang membayakan dan merugikan lingkungan air dan infrastruktur bahkan merusak sejarah dan bangsa Mesir yang berimbas kepada Palestina."
Ia mempertanyakan, justru tidakan penggalian terusan itu akan membahayakan Jalur Gaza yang memiliki terowongan bawah tanah yang akan rusak. Jalur Gaza yang diblokade dan membangun terowongan sebagai alternative seharus dihormati. Apakah Mesir ingin mengubah Jalur Gaza menjadi dikelilingi oleh terusan air dalam tanah?
Seperti diberitakan sebelumnya, militer Mesir sejak jumat pagi (11/9) mengguyurkan air laut yang cukup banyak melalui pipa yang sudah dipasang sebelumnya di sepanjang perbatasan Mesir-Jalur Gaza. Pipa yang diatur sedemikian rupa itu didesain untuk merusak terowongan bawah tanah yang merupakan sumber lalu lintas kebutuhan warga Gaza.
Sejak Oktober tahun lalu, pemerintah Mesir membangun kawasan bebas terowongan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza, tepatnya di kota Rafah sejauh 2 km dengan dalih memerangi terorisme. Padahal Hamas, faksi terbesar di Jalur Gaza ingin menjaga hubungan strategi dengan negara-negara Arab dan Islam dan tidak ingin intervensi urusan dalam negeri negara lain, namun juga tidak ingin membela negara lain yang akhirnya menjauhkan Hamas dari perlawanan dengan Israel .
Haniyeh juga meminta agar empat warga Palestina yang diculik di Sinai dikembalikan bulan lalu saat meninggalkan Jalur Gaza melalui perlintasan Rafah. Mesir disebutnya bertanggungjawab atas hal tersebut. Pada 18 Agustus lalu sekelompok orang bersenjata tak dikenal menculik 4 warga Palestina di wilayah utara Sinai Mesir setelah kendaraan bus yang mereka tumpangi ditembak saat hendak ke bandara Mesir.
Sampai saat ini nasib mereka masih belum jelas.
Dalam khutbahnya, Haniyeh menyerukan faksi-faksi Palestina untuk bersatu membentuk pemerintahan persatuan nasional dan mengatur urusan dalam negeri Palestina.
Haniyeh juga meminta otoritas Palestina berhenti dari koordinasi keamanan dengan Israel di Tepi Barat serta memberikan keleluasaan perlawanan Palestina membela Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds.
Koordinasi keamanan adalah satu kesepakatan turunan dari kesepakatan Oslo yang diteken oleh PLO dengan Israel di tahun 1993 yang berisi tentang pertukaran informasi antara keamanan Palestina dan Israel untuk menangkap warga Palestina manapun yang melakukan tindakan merugikan Israel.
Sumber: infopalestina.com