Surat kabar Prancis Le Monde melaporkan bahwa Arab Saudi sedang mencoba untuk melakukan upaya normalisasi hubungan dengan Ikhwanul Muslimin sebagai langkah mendapatkan keuntungan dari eksistensi Ikhwan di Yaman, Suriah dan Palestina.
Dilansir dari laman Middle East Monitor pada Rabu, 26 Agustus 2015, Le Monde mengatakan bahwa 72 jam setelah pengumuman kesepakatan nuklir Iran, Raja Salman menerima pemimpin Hamas Khaled Meshaal. Ini adalah langkah yang telah disarankan terkait banyak hal, katanya.
Le Monde mencatat kunjungan Meshaal ke Arab sebagai “benih perubahan diplomatik besar” dalam kebijakan kerajaan setelah raja baru Saudi mengambil alih kekuasaan pada bulan Januari lalu.
“Kebijakan Saudi diatur berdasarkan dua tujuan: mencapai stabilitas di Timur Tengah dan membatasi ekspansi Iran di kawasan itu,” Pimpinan koran Al-Wathan Saudi Jamal Khashoggi mengatakan kepadaLe Monde.
"Normalisas hubungan dengan Ikhwanul Muslimin merupakan strategi mengatasi hal itu, sebab kelompok Ikhwan memiliki kedaulatan di Suriah, Yaman dan Palestina," Khashoggi menjelaskan. "Jika kita ingin memainkan peran yang efektif di wilayah ini, kita tidak bisa mengabaikan mereka. Kita harus realistis."
"Dibandingkan dengan pendahulunya, mendiang Raja Abdullah, Raja Salman tidak sensitif terhadap kelompok Islam moderat," tambahnya. (duniatimteng)
Khaled Meshaal Ungkap Hasil Pertemuan Hamas dengan Kerajaan Saudi Arabia
Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Meshaal mengatakan kunjungan terakhir delegasi Hamas ke Arab Saudi membuahkan hasil yang memuaskan. Kini hubungan Hamas dan Saudi membuka lembaran baru, seperti dilansir laman Islammemo.
Meshaal sebagai pimpinan delegasi Hamas ke Saudi mengatakan, sejatinya hubungan dengan Kerajaan Saudi sudah berlangsung lama. Ia kemudian memperumpamakan hubungan Hamas-Saudi layaknya sebuah umumnya hubungan yang kadang mengalami naik turun.
“Seperti halnya sebuah hubungan, kadang melewati kondisi yang tidak stabil,” jelas Meshaal.
“Namun Alhamdulillah, di penghujung Ramadhan kemarin kami menghasilkan kunjungan yang sangat berarti,” tambahnya.
Dalam kunjungan itu Meshaal mengatakan, kedepan kedua belah pihak akan saling memahami satu sama lain, melakukan lebih banyak komunikasi sehingga tidak ada kesalah pahaman seperti yang terjadi selama ini. (dakwatuna)
Dilansir dari laman Middle East Monitor pada Rabu, 26 Agustus 2015, Le Monde mengatakan bahwa 72 jam setelah pengumuman kesepakatan nuklir Iran, Raja Salman menerima pemimpin Hamas Khaled Meshaal. Ini adalah langkah yang telah disarankan terkait banyak hal, katanya.
Le Monde mencatat kunjungan Meshaal ke Arab sebagai “benih perubahan diplomatik besar” dalam kebijakan kerajaan setelah raja baru Saudi mengambil alih kekuasaan pada bulan Januari lalu.
“Kebijakan Saudi diatur berdasarkan dua tujuan: mencapai stabilitas di Timur Tengah dan membatasi ekspansi Iran di kawasan itu,” Pimpinan koran Al-Wathan Saudi Jamal Khashoggi mengatakan kepadaLe Monde.
"Normalisas hubungan dengan Ikhwanul Muslimin merupakan strategi mengatasi hal itu, sebab kelompok Ikhwan memiliki kedaulatan di Suriah, Yaman dan Palestina," Khashoggi menjelaskan. "Jika kita ingin memainkan peran yang efektif di wilayah ini, kita tidak bisa mengabaikan mereka. Kita harus realistis."
"Dibandingkan dengan pendahulunya, mendiang Raja Abdullah, Raja Salman tidak sensitif terhadap kelompok Islam moderat," tambahnya. (duniatimteng)
Khaled Meshaal Ungkap Hasil Pertemuan Hamas dengan Kerajaan Saudi Arabia
Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Meshaal mengatakan kunjungan terakhir delegasi Hamas ke Arab Saudi membuahkan hasil yang memuaskan. Kini hubungan Hamas dan Saudi membuka lembaran baru, seperti dilansir laman Islammemo.
Meshaal sebagai pimpinan delegasi Hamas ke Saudi mengatakan, sejatinya hubungan dengan Kerajaan Saudi sudah berlangsung lama. Ia kemudian memperumpamakan hubungan Hamas-Saudi layaknya sebuah umumnya hubungan yang kadang mengalami naik turun.
“Seperti halnya sebuah hubungan, kadang melewati kondisi yang tidak stabil,” jelas Meshaal.
“Namun Alhamdulillah, di penghujung Ramadhan kemarin kami menghasilkan kunjungan yang sangat berarti,” tambahnya.
Dalam kunjungan itu Meshaal mengatakan, kedepan kedua belah pihak akan saling memahami satu sama lain, melakukan lebih banyak komunikasi sehingga tidak ada kesalah pahaman seperti yang terjadi selama ini. (dakwatuna)