Selain itu, China belum lama ini juga mendevaluasi mata uangnya, Yuan. Kebijakan ini diambil untuk mendongkrak ekspor negaranya yang selama ini anjlok. Kebijakan ini mengguncang ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Bahkan dampaknya lebih parah dari turunnya harga minyak dunia, bangkrutnya Yunani atau kenaikan suku bunga The Fed.
Buktinya, nilai tukar Rupiah sempat anjlok dalam hingga menyentuh angka Rp 14.000 per USD. Ini adalah level terendah semenjak krisis 1998 silam.
Kebijakan China ini juga menakuti para investor global. Terbukti dengan turunnya harga saham beberapa perusahaan, seperti perusahaan merek mewah, semikonduktor serta pertambangan beberapa waktu lalu. Pertumbuhan China melemah, investor gelisah.
Namun demikian, Anda tidak perlu panik. Pasalnya, China diyakini masih mempunyai senjata pamungkas yang belum digunakan untuk mendongkrak ekonominya sekaligus ekonomi global.
Negara ekonomi terbesar kedua dunia ini diyakini masih menyimpan senjatanya. Analis menyebut China sebenarnya bisa saja kembali merangsang pertumbuhan ekonominya dan mendorong ekonomi global, namun belum dilakukan.
Berikut senjata China yang masih disimpan untuk dongkrak ekonomi global seperti dilansir dari CNN di Jakarta, Rabu (26/8).
[idr]